Subscribe to RSS Feed

Selasa, 26 Oktober 2010

BAB IV : PEMUDA DAN SOSIALISASI

STUDI KASUS BAB IV : PEMUDA DAN SOSIALISASI



Pada dasarnya di dalam diri manusia terdapat jalinan antara roh dan jasad. Jasad bersifat material, sedangkan roh bersifat immaterial. Kebutuhan hidup manusia meliputi kedua unsur tersebut. Kegiatan manusia yang bersifat material bertujuan untuk memenuhi kebutuhan jasad (kebutuhan pokok) manusia seperti makan, minum, pakaian dan tempat tinggal, yang sering dikaitkan dengan kebutuhan yang bernilai estetis. Selain pemenuhan kebutuhan yang bernilai kebendaan, manusia juga membutuhkan pemenuhan kebutuhan yang bersifat rohani, berupa keselamatan dan kesenangan (plesure) yang meliputi pemenuhan kebutuhan akan rasa suka, mesra, puas, nikmat, enak, maupun gembira. Bidang yang merupakan sarana pemenuhan kebutuhan rohani, antara lain adalah kesenian atau karya seni, meskipun pada perkembangan selanjutnya karya seni kadang tidak lagi merupakan ungkapan nilai estetis dari masing-masing individu tetapi lebih merupakan ungkapan kreatif suatu masyarakat.

Di dalam pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani, diperlukan adanya suatu pranata-pranata, salah satunya adalah pranata pendidikan. Fungsi dari pranata ini adalah memobilisasi sumber-sumber daya lingkungan guna mengakomodasi kebutuhan akan pendidikan dengan berpedoman pada kebudayaan yang menjadi kerangkanya. Yang dimaksud dengan pendidikan disini adalah sebuah proses pengalihan kebudayaan, sebagai model-model pengetahuan, nilai-nilai dan kepercayaan. Proses pengalihan yang dilakukan oleh pendidik dan penerimaan yang dilakukan oleh peserta didik, bertalian dengan kebudayaan agar dapat dijadikan pedoman hidup (Rohidi, 1994 : 6-8). Proses pengalihan kebudayaan ini, meliputi sosialisasi, enkulturasi dan inkulturasi. Keberhasilan pendidikan dapat diukur dari sejauh mana proses pengalihan kebudayaan tersebut agar tetap mampu mempertahankan kesinambungan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Di samping itu, pendidikan juga membawa misi pembaharuan kebudayaan, sebagai suatu proses yang kreatif.

Hasil dari pendidikan tersebut dalam kehidupan sehari-hari, akan terwujud dalam berbagai pola tingkah laku peserta didik yang memungkinkan mereka mampu memainkan peran yang sesuai dengan tuntutan kognitif, psikomotorik, kreatif dan afektif serta memungkinkan untuk memiliki pandangan baru yang khas terhadap diri dan dunia sekitarnya.

Seni tari sebagai salah satu cabang kesenian yang merupakan bagian dari kebudayaan menjadi bagian penting dalam proses pendidikan di Taman Kanak-Kanak. Di dalam Program Kegiatan Belajar di Taman Kanak-Kanak, seni tari masuk ke dalam proses pengembangan motorik anak, baik motorik kasar maupun halus. Sehingga seni tari di dalam proses pendidikan di Taman Kanak-Kanak bukan merupakan kegiatan estetis murni melainkan merupakan kegiatan jasmani yang semata-mata untuk mengembangkan kemampuan anak dalam bergerak baik dengan menggunakan motorik halus ataupun motorik kasar. Meskipun demikian, seni tari di Taman Kanak-Kanak dapat membentuk kreativitas anak.

http://eny-tari.blogspot.com/2009/05/proses-sosialisasi-enkulturasi-dan.html


Teori dan materi :
1. INTERNALISASI, BELAJAR, DAN SPESIALISASI

Ketiga kata atau istilah internalisasi, belajar, dan spesialisasi pada dasarnya memiliki pengertian yang hampir sama. Proses berlangsungnya sama yaitu melalui interaksi sosial. Istilah internalisasi lebih ditekankan pada norma-norma individu yang menginternalisasikan norma-norma tersebut, atau proses norma-norma kemasyarakatan yang tidak berhenti sampai institusional saja, akan tetapi norma tersebut mendarah daging dalam jiwa anggota masyarakat. Norma tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu norma yang mengatur pribadi (mencakup norma kepercayaan dan kesusilaan) dan norma yang mengatur hubungan pribadi (mencakup kaidah kesopanan dan kaidah hukum).

Istilah belajar ditekankan pada perubahan tingkah laku, yang semula tidak dimiliki sekarang telah dimiliki oleh seorang individu, atau perubahan sikap dari tidak tahu menjadi tahu, dimana belajar dapat berlangsung di lingkungan maupun di lembaga pendidikan.

Istilah spesialisasi ditekankan pada kekhususan yang telah dimiliki atau diukur oleh seorang individu, kekhususan timbul melalui proses yang agak panjang dan lama.

2. PROSES SOSIALISASI

Melalui proses sosialisasi, seseorang akan terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan demikian, tingkah laku seseorang akan dapat diramalkan. Dengan proses sosialisasi, seseorang menajdi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Dari keadaan tidak atau belum tersosialisasi, menjadi manusia masyarakat dan beradab. Kedirian dan kepribadian melalui proses sosialisasi dapat terbentuk. Dalam hal ini sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya agar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Sosialisasi merupakan salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dan hubungannya dengan sistem sosial.

Proses sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu, sosialisasi dititik beratkan pada soal individu dalam kelompok melalui pendidikan dan perkembangannya. Oleh karena itu proses sosialisasi melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang. Kedirian (self) sebagai suatu produk sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap diri sendiri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya. Kesadaran terhadap diri sendiri membuat timbulnya sebutan “aku” atau “saya” sebagai kedirian subyektif yang sulit dipelajari. Asal mula timbulnya kedirian :

1. Dalam proses sosialisasi mendapat bayangan dirinya, yaitu setelah memperhatikan cara orang lain memandang dan memperlakukan dirinya.
2. Dalam proses sosialisasi juga membentuk kedirian yang ideal. Orang bersangkutan mengetahui dengan pasti apa-apa yang harus ia lakukan agar memperoleh penghargaan dari orang lain. Bentuk-bentuk kedirian ini berguna dalam meningkatkan ketaatan anak terhadap norma-norma sosial.

Thomas Ford Hoult, menyebutkan bahwa proses sosialisasi adalah proses belajar individu untuk bertingkah laku sesuai dengan standar yang terdapat dalam kebudayaan masyarakatnya. Menurut R.S. Lazarus, proses sosialisasi adalah proses akomodasi, dengan mana individu menghambat atau mengubah impuls-impuls sesuai dengan tekanan lingkungan, dan mengembangkan pola-pola nilai dan tingkah laku-tingkah laku yang baru yang sesuai dengan kebudayaan masyarakat.

widyo.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/6385/ISD-OL.doc



opini:
Melalui proses sosialisasi, seseorang akan terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan demikian, tingkah laku seseorang akan dapat diramalkan. Dengan proses sosialisasi, seseorang menajdi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya.

0 komentar:

Posting Komentar