1. Perputaran Roda Perekonomian
Pertumbuhan ekonomi suatu negara
biasanya dihitung berdasarkan pertumbuhan ril dari GDP negara tersebut,
yakni seberapa besar GDP negara bertambah secara ril dari tahun ke
tahun. Pertumbuhan ini dihitung dengan cara membagi nilai dari output
suatu sektor ekonomi pada tahun tertentu dengan nilai output sektor
tersebut pada tahun sebelumnya dan dikali 100 % kemudian dikurangi 100.
Bila GDP mengalami pertumbuhan yang tinggi berarti pendapatan masyarakat
juga akan mengalami
pertumbuhan
yang tinggi, terlepas dari siapa atau kelompok mana dari masyarakat yang
menerima pendapatan tersebut.
Untuk
dapat memahami lebih dalam tentang GDP perhatikan Lampiran 1.1. GDP
Indonesia menurut lapangan usaha berdasarkan harga yang berlaku dan
harga konstan.
Pengeluaran Agregat (Aggregate Spending)
Seperti diterangkan diatas bahwa GDP dapat dihitung dari sisi
pengeluaran aggregate (Aggregate Spending) pelaku ekonomi dalam suatu
negara. Pengeluaran aggreaget ini sama dengan Permintaan Agregat karena
konsekuensi dari permintaan adalah adanya pengeluaran oleh rumah tangga,
investor, pemerintah dan eksportir untuk membeli barang dan jasa.
Pengeluaran Aggregate dapat dikelompokkan atas empat komponen, yaitu:
a. pengeluaran konsumsi rumah tangga,
b. pengeluaran invesatasi oleh pengusaha
(bisnis),
c. pengeluaran
pemerintah, dan
d. permintaan
luar negeri.
Berikut akan diuraikan satu persatu dari
komponen Agregat Demand atau Agregat Spending tersebut.
- Pengeluaran Konsumsi
Merupakan bagian terbesar dari permintaan agregat yaitu berupa
permintaan dari konsumen terhadap barang dan jasa yang dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari. Konsumsi ini memegang peranan penting dalam
perekonomian menurut teori Keynesian karena akan menentukan output dan
pendapatan masyarakat suatu negara. Kontribusi konsumsi terhadap
pembentukan GDP di Indonesia diperkirakan sebesar 65% dari total GDP.
Konsumsi dapat dibagi atas tiga kategori yaitu barang tanah lama
(durable goods) seperti mobil, barang tidak tahan lama (nondurable
goods), dan jasa (services). Dari sisi asal barang maka barang dan jasa
yang dikonsumsi oleh konsumen dalam negeri terdiri dari barang produksi
dalam negeri dan barang /jasa yang diproduksi oleh negara lain yang
diimport ke Indonesia. Dalam penghitungan GDP angka import ini harus
dikeluarkan dari angka GDP.
Pengeluaran
Pemerintah
Yang termasuk dalam
pengeluaran pemerintah adalah semua pengeluaran pemerintah yang
diperlukan agar roda pemerintahan dapat berjalan dengan baik.
Pengeluaran pemerintah ini tercantum dalam Anggaran Belanja dan
Pendapatan Nasional (APBN). Barang dan jasa yang dibeli oleh pemerintah
tidak dihitung nilai tambahnya (value added) seperti halnya pada barang
konsumsi karena barang dan jasa yang diproduksi oleh pemerinatah pada
umumnya adalah gratis. Pengeluaran pemerintah seperti uang pensiun
(transer of payment) tidak dihitung dalam GDP karena pengeluaran
tersebut bukan merupakan pembelian terhadap barang atau jasa yang baru
diproduksi.
- Pengelauran Investasi
Investasi adalah tambahan terhadap
akumulasi modal (physical stock of capital) ditambah dengan perobahan
persediaan (inventory changes). Tetapi transaksi saham tidak termasuk
dalam penambahan stok modal. Jadi investasi adalah aktifitas yang bisa
meningkatkan kemampuan ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa dimasa
mendatang. Contohnya adalah pembelian barang investasi, peralatan, dan
pembangunan rumah baru. Sewa dari tumah tersebut dihitung sebagai
konsumsi.
- Permintaan Ekspor Bersih (Net Export)
Komponen terakhir dari GDP adalah net
export yaitu selisih antara export dan import (X – M). Export merupakan
GDP dari dalam negeri karena merupakan barang atau jasa yang diproduksi
di dalam negeri, tetapi tidak dikonsumsi di dalam negeri. Barang ekspor
akan dibeli atau dikonsumsi oleh rumah tangga, investor, atau pemerintah
negara asing sedangkan import adalah barang yang diproduksi di luar
negeri, berarti adalah GDP negara asing.
Dalam GDP yang dihitung adalah net ekspor untuk menghindari
penghitungan dua kali (double counting). Barang dan jasa yang dibeli
oleh rumah tangga, investor, dan pemerintah tidak semuanya diproduksi di
dalam negeri tetapi beberapa barang yang dibeli tersebut berasal dari
luar negeri. Jadi komponen pengeluaran aggeregate yang diuraikan diatas -
pengeluaran rumah tangga, investor dan pemerintah – sebagiannya adalah
barang yang diproduksi di luar negeri, berarti adalah GDP negara asing
atau bukan merupakan GDP Indonesia. Karena itu untuk mengkoreksinya maka
ekspor harus dikurangi dengan impor agar barang import tidak terhitung
sebagai GDP kita, karena yang termasuk dalam GDP Indonesia adalah
konsumsi rumah tangga berupa barang-barang produksi dalam negeri,
ditambah dengan belanja barang investor, ditambah belanja barang
pemerintah dan ditambah dengan nilai barang yang diekspor ke luar
negeri. Barang-barang import yang telah dikonsumsi oleh konsumen dalam
negeri tidak bisa dihitung sendiri karena telah masuk dalam perhitugan
jumlah konsumsi. Nilai barang import ini tentu sama dengan jumlah nilai
barang yang diimport yang tercatat di Bea dan Cukai sehingga dengan
mengeluarkannya dari angka export maka sama dengan mengeluarkannya dari
angka konsumsi barang import.
2. Metode Penghitungan Pendapatan Nasional
Ada 3 konsep pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung
pendapatan nasional, antara lain adalah seperti ini :
*Pendekatan pendapatan
Dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan (upah, sewa, bunga, dan laba) yang diterima rumah tangga konsumsi dalam suatu negara selama satu periode tertentu.
*Pendekatan produksi
Dengan cara menjumlahkan nilai seluruh produk yang dihasilkan suatu negara dari bidang industri, agraris, ekstraktif, jasa, dan niaga selama satu periode tertentu.
*Pendekatan pengeluaran
Dengan cara menghitung jumlah seluruh pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara selama satu periode tertentu.
Siklus aliran pendapatan (circular flow) dan interaksi antar pasar.
Siklus Aliran Pendapatan
Jenis circular flow mengklasifikasikan pada beberapa sektor perekonomian, antara lain adalah sektor: Rumah Tangga, Perusahaan, Pemerintah, dan sector Luar Negeri
Interaksi antar pasar
Interaksi pasar dalam menganalisis ekonomi makro, dipersempit dengan menjadikan tiga pasar utama. Pasar utama itu adalah Pasar Barang Dan Jasa, Pasar Tenaga Kerja, dan Pasar Uang Dan Modal.
Metode-metode penghitungan pendapatan nasional
Ada tiga metode dalam perhitungan pendapatan nasional yaitu :
*Metode Output Atau Metode Produksi
Dalam metode ini, Cara perhitungan dalam praktik adalah dengan membagi-bagi perekonomian menjadi beberapa sektor produksi.
*Metode Pendapatan
Metode pendapatan memandang nilai output perekonomian sebagai nilai total balas jasa atas faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi.
*Metode Pengeluaran
Dalam metode pengeluaran, nilai PDB merupakan nilai total pengeluaran dalam perekonomian selama periode tertentu.
Beberapa Pengertian Dasar Tentang Perhitungan Agregatif
Untuk menghitungan output maupun pengeluaran dan ukuran-ukuran agregat lainnya adalah bertujuan untuk menganalisis dan menentukan kebijakan ekonomi guna memperbaiki atau meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Beberapa pengertian yang berkaitan dengan hal tersebut adalah : Produk Domestic Bruto, Produk Nasional Bruto, Produk Nasional Neto, Pendapatan Nasional, Pendapatan Personal, Pendapatan Personal Disposable.
PDB harga berlaku dan harga konstan
Nilai PDB adalah merupakan hasil perkalian antara harga barang yang diproduksi dengan jumlah barang yang di hasilkan dalam suatu periode tertentu. Sedangkan untuk memperoleh PDB harga konstan, Seharusnya menentukan tahun dasar, yang merupakan tahun dimana perekonomian berada dalam kondisi stabil. Dan harga barang ditahun itu dapat digunakan sebagai harga konstan.
Manfaat Dan Keterbatasan Perhitungan PDB
Ada empat perhitungan untuk mengklompokan masalah, dalam Manfaat Dan Keterbatasan Perhitungan PDB, antara lain seperti ini :
*Perhitungan PDB Dan Analisa Kemakmuran
Perhitungan PDB akan memberikan gambaran ringkas tentang tingkat kemakmuran suatu Negara, dengan cara membaginya dengan jumlah penduduk. Angka tersebut dikenal sebagai angka PDB per kapita
*Perhitungan PDB Dan Masalah Kesejahteraan Sosial
Perhitungan PDB maupun PDB perkapita juga dapat digunakan untuk menganalisis tingkat kesejahteraan sosial suatu masyarakat. Tingkat kesejahteraan yang di pakai adalah tingkat pendidikan, kesehatan dan gizi, kebebasan memilih pekerjaan dan jaminan masa depan yang lebih baik.
*PDB Per Kapita Dan Masalah Produktivitas
Sampai batas-batas tertentu, angka PDB perkapita dapat mencerminkan tingkat produktivitas suatu Negara. Untuk memperoleh perbandingan prokditivitas antar Negara, ada beberapa hal yang perlu di pertimbangkan diantaranya adalah Jumlah dan komposisi penduduk, Jumlah dan struktur kesempatan kerja dan Faktor-faktor nonekonomi
*Penghitungan PDB Dan Kegiatan-Kegiatan Ekonomi Tak Tercatat
Angka statistik PDB Indonesia yang di laporkan oleh badan pusat statistik hanya mencatat kegiatan-kegiatan ekonomi formal. Karena itu statistik PDB belum mencerminkan seluruh aktivitas perekonomian suatu Negara.
Distribusi Pendapatan
Para ekonom pada umumnya membedakan dua ukuran pokok distribusi pendapatan, yang keduanya digunakan untuk tujuan analisis dan kuantitatif tentang keadilan distribusi pendapatan. Kedua ukuran tersebut adalah distribusi ukuran, yakni besar atau kecilnya bagian pendapatan yang diterima masing-masing orang; dan distribusi fungsional atau distribusi kepemilikan faktor-faktor produksi, Distribusi ukuran ini secara langsung menghitung jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap individu atau rumah tangga tanpa memperdulikan sumbernya, sedangkan Distribusi pendapatan fungsional atau pangsa distribusi pendapatan per faktor produksi berfokus pada bagian dari pendapatan nasional total yang diterima oleh masing-masing faktor produksi (tanah, tenaga kerja, dan modal).
Distribusi kekayaan
Distribusi kekayaan yaitu proses pembagian kekayaan yang ada di suatu wilayah agar tidak menumpuk pada golongan tertentu, bukan jaminan bahwa penduduk disuatu wilayah akan hidup dengan sejahtera bila daerahnya kaya akan sumber daya alam.
3. Masalah dan Keterbatasan Penghitungan PDB
Manfaat dan Keterbatasan Perhitungan PDB
a. Perhitungan PDB dan Analisa Kemakmuran
Perhitungan PDB akan memberikan gambaran ringkas tentang tingkat kemakmuran suatu negara, dengan cara membaginya dengan jumlah penduduk (disebut PDB per kapita). Menurut PBB, sebuah negara dikatakan miskin bila PDB per kapitanya lebih kecil daripada US$ 450,00. Berdasarkan standar ini, maka sebagian besar negara-negara di dunia adalah negara miskin. Suatu negara dikatakan makmur/kaya bila PDB perkapita lebih besar daripada US$ 800.
Kelemahan dari pendekatan di atas adalah tidak memperhatikan aspek distribusi pendapatan. Akibatnya angka PDB per kapita kurang memberikan gambaran rinci tentang kondisi kemakmuran suatu negara. Misalnya, walaupun Amerika Serikat yang PDB perkapitanya US$ 29.080 (tahun 1997), namun negara itu masih terus bergelut dengan masalah kemiskinan dan pengangguran, terutama di kalangan warga kulit hitam ataupun pendatang (kulit berwarna). Bahkan secara absolut tampaknya jumlah penduduk miskin di Amerika serikat akan bertambah.
Faktor utama pemicu gejala di atas adalah masalah distribusi pendapatan.
Walaupun distribusi pendapatan di USA relatif baik, tetapi belum sempurna untuk membuat seluruh penduduknya menjadi makmur. Bahkan untuk faktor produksi non tenaga kerja, terutama uang dan modal, distribusi penguasaannya sangat buruk. Pada tahun 1996, sekitar 46% aset finansial dikuasai hanya oleh sekitar 1% penduduk.
b. Perhitungan PDB dan Masalah Kesejahteraan Sosial
Umumnya ukuran tingkat kesejahteraan yang dipakai adalah tingkat pendidikan, kesehatan dan gizi, kebebasan memilih pekerjaan dan jaminan masa depan yang lebih baik. Ada hubungan yang positif antara tingkat PDB per kapita dengan tingkat kesejahteraan sosial. Makin tinggi PDB per kapita, tingkat kesejahteraan sosial makin membaik. Hubungan ini dapat dijelaskan dengan menggunakan logika sederhana. Jika PDB per kapita mkin tinggi, maka daya beli masyarakat, kesempatan kerja serta masa depan perekonomian makin membaik. Sehingga gizi, kesehatan, pendidikan, kebebabasan memilih pekerjaan dan jaminan masa depan, kondisinya makin meningkat. Tapi dengan catatan, peningkatan PDB per kapita disertai perbaikan distribusi pendapatan.
Masalah mendasar dalam perhitungan PDB adalah tidak diperhatikannya dimensi nonmaterial. Sebab PDB hanya menghitung output yang dianggap memenuhi kebutuhan fisik/ materi yang dapat diukur dengan nilai uang. Sedangkan output yang tidak terukur dengan uang, misalnya ketenangan batin yang diperoleh dengan menyandarkan hidup pada norma-norma agama/spiritual tidak dihitung. Sebab, dalam kenyataannya kebahagiaan tidak hanya ditentukan oleh tingkat kemakmuran, tetapi juga ketenangan batin.
Jadi kita tidak bisa serta merta mengatakan bahwa kesejahteraan sosial di negara-negara kaya(Amerika Serikat dan Jepang) adalah jauh lebih baik dibanding di negara-negara miskin (misal Bhutan dan Nepal). Karena, tingkat kejahatan dan tingkat bunuh diri di negara-negara kaya tersebut lebih tinggi di banding negara-negara miskin.
c. PDB Per Kapita dan Masalah Produktivitas
Untuk memperoleh perbandingan produktivitas antar negara, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:
Jumlah dan komposisi penduduk : Bila jumlah penduduk makin besar, komposisi-nya sebagian besar adalah penduduk usia kerja (15-64 tahun) dan berpendidikan tinggi (> SLA), maka tingkat output dan produktivitasnya dapat makin baik.
Jumlah dan struktur kesempatan kerja :
Jumlah kesempatan kerja yang makin besar memperbanyak penduduk usia kerja yang dapat terlibat dalam proses produksi. Tetapi komposisi kerja pun mempengaruhi tingkat produktivitas. Sekalipun kesempatan kerja sangat besar, tetapi semuanya adalah kesempatan kerja sektor pertanian, produktivitas pekerja juga tidak tinggi. Sebab sektor pertanian umumnya memiliki nilai tambah yang rendah. Jika kesempatan kerja yang dominan berasal dari sektor kegiatan ekonomi modern (industri dan jasa), maka output per pekerja akan relatif tinggi, karena nilai tambah kedua sektor tersebut amat tinggi.
Faktor-faktor nonekonomi :
Yang tercakup dalam faktor-faktor nonekonomi antara lain etika kerja, tata nilai, faktor kebudayaan dan sejarah perkembangan. Jepang pantas menjadi negara yang produktif sebab selain jumlah penduduk yang banyak, berpendidikan tinggi dan umumnya bekerja di sektor modern, mereka juga memiliki etika kerja yang baik, menjujung tinggi kejujuran dan penghargaan tergadap senior. Dan Jepang juga merupakan negara yang selama kurang lebih 3.000 tahun terus menerus membangun dirinya menjadi bangsa modern, walaupun pembangunan ekonomi modernnya baru dimulai dua abad yang lalu.
d. Penghitungan PDB dan Kegiatan-kegiatan Ekonomi Tak Tercatat (Underground Economi)
Angka statistik PDB Indonesia yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik hanya mencatat kegiatan-kegiatan ekonomi formal. Karena itu, statistik PDB belum mencerminkan seluruh aktivitas perekonomian suatu negara. Misalnya, upah pembantu rumah tangga di Indonesia tidak tercatat. Begitu juga dengan kegiatan petani buah yang langsung menjual produknya ke pasar.
Di negara-negara berkembang, keterbatasan kemampuan pencatatan lebih disebabkan oleh kelemahan administratif dan struktur kegiatan ekonomi masih didominasi oleh kegiatan pertanian dan informal. Tetapi di negara-negara maju, kebanyakan kegiatan ekonomi yang tak tercatat disebabkan oleh karena kegiatan tersebut merupakan kegiatan ilegal atau melawan hukum. Padahal, nilai transaksinya sangat besar. Misalnya, kegiatan penjualan obat bius dan obat-obat terlarang lainnya.
*Pendekatan pendapatan
Dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan (upah, sewa, bunga, dan laba) yang diterima rumah tangga konsumsi dalam suatu negara selama satu periode tertentu.
*Pendekatan produksi
Dengan cara menjumlahkan nilai seluruh produk yang dihasilkan suatu negara dari bidang industri, agraris, ekstraktif, jasa, dan niaga selama satu periode tertentu.
*Pendekatan pengeluaran
Dengan cara menghitung jumlah seluruh pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara selama satu periode tertentu.
Siklus aliran pendapatan (circular flow) dan interaksi antar pasar.
Siklus Aliran Pendapatan
Jenis circular flow mengklasifikasikan pada beberapa sektor perekonomian, antara lain adalah sektor: Rumah Tangga, Perusahaan, Pemerintah, dan sector Luar Negeri
Interaksi antar pasar
Interaksi pasar dalam menganalisis ekonomi makro, dipersempit dengan menjadikan tiga pasar utama. Pasar utama itu adalah Pasar Barang Dan Jasa, Pasar Tenaga Kerja, dan Pasar Uang Dan Modal.
Metode-metode penghitungan pendapatan nasional
Ada tiga metode dalam perhitungan pendapatan nasional yaitu :
*Metode Output Atau Metode Produksi
Dalam metode ini, Cara perhitungan dalam praktik adalah dengan membagi-bagi perekonomian menjadi beberapa sektor produksi.
*Metode Pendapatan
Metode pendapatan memandang nilai output perekonomian sebagai nilai total balas jasa atas faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi.
*Metode Pengeluaran
Dalam metode pengeluaran, nilai PDB merupakan nilai total pengeluaran dalam perekonomian selama periode tertentu.
Beberapa Pengertian Dasar Tentang Perhitungan Agregatif
Untuk menghitungan output maupun pengeluaran dan ukuran-ukuran agregat lainnya adalah bertujuan untuk menganalisis dan menentukan kebijakan ekonomi guna memperbaiki atau meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Beberapa pengertian yang berkaitan dengan hal tersebut adalah : Produk Domestic Bruto, Produk Nasional Bruto, Produk Nasional Neto, Pendapatan Nasional, Pendapatan Personal, Pendapatan Personal Disposable.
PDB harga berlaku dan harga konstan
Nilai PDB adalah merupakan hasil perkalian antara harga barang yang diproduksi dengan jumlah barang yang di hasilkan dalam suatu periode tertentu. Sedangkan untuk memperoleh PDB harga konstan, Seharusnya menentukan tahun dasar, yang merupakan tahun dimana perekonomian berada dalam kondisi stabil. Dan harga barang ditahun itu dapat digunakan sebagai harga konstan.
Manfaat Dan Keterbatasan Perhitungan PDB
Ada empat perhitungan untuk mengklompokan masalah, dalam Manfaat Dan Keterbatasan Perhitungan PDB, antara lain seperti ini :
*Perhitungan PDB Dan Analisa Kemakmuran
Perhitungan PDB akan memberikan gambaran ringkas tentang tingkat kemakmuran suatu Negara, dengan cara membaginya dengan jumlah penduduk. Angka tersebut dikenal sebagai angka PDB per kapita
*Perhitungan PDB Dan Masalah Kesejahteraan Sosial
Perhitungan PDB maupun PDB perkapita juga dapat digunakan untuk menganalisis tingkat kesejahteraan sosial suatu masyarakat. Tingkat kesejahteraan yang di pakai adalah tingkat pendidikan, kesehatan dan gizi, kebebasan memilih pekerjaan dan jaminan masa depan yang lebih baik.
*PDB Per Kapita Dan Masalah Produktivitas
Sampai batas-batas tertentu, angka PDB perkapita dapat mencerminkan tingkat produktivitas suatu Negara. Untuk memperoleh perbandingan prokditivitas antar Negara, ada beberapa hal yang perlu di pertimbangkan diantaranya adalah Jumlah dan komposisi penduduk, Jumlah dan struktur kesempatan kerja dan Faktor-faktor nonekonomi
*Penghitungan PDB Dan Kegiatan-Kegiatan Ekonomi Tak Tercatat
Angka statistik PDB Indonesia yang di laporkan oleh badan pusat statistik hanya mencatat kegiatan-kegiatan ekonomi formal. Karena itu statistik PDB belum mencerminkan seluruh aktivitas perekonomian suatu Negara.
Distribusi Pendapatan
Para ekonom pada umumnya membedakan dua ukuran pokok distribusi pendapatan, yang keduanya digunakan untuk tujuan analisis dan kuantitatif tentang keadilan distribusi pendapatan. Kedua ukuran tersebut adalah distribusi ukuran, yakni besar atau kecilnya bagian pendapatan yang diterima masing-masing orang; dan distribusi fungsional atau distribusi kepemilikan faktor-faktor produksi, Distribusi ukuran ini secara langsung menghitung jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap individu atau rumah tangga tanpa memperdulikan sumbernya, sedangkan Distribusi pendapatan fungsional atau pangsa distribusi pendapatan per faktor produksi berfokus pada bagian dari pendapatan nasional total yang diterima oleh masing-masing faktor produksi (tanah, tenaga kerja, dan modal).
Distribusi kekayaan
Distribusi kekayaan yaitu proses pembagian kekayaan yang ada di suatu wilayah agar tidak menumpuk pada golongan tertentu, bukan jaminan bahwa penduduk disuatu wilayah akan hidup dengan sejahtera bila daerahnya kaya akan sumber daya alam.
3. Masalah dan Keterbatasan Penghitungan PDB
Manfaat dan Keterbatasan Perhitungan PDB
a. Perhitungan PDB dan Analisa Kemakmuran
Perhitungan PDB akan memberikan gambaran ringkas tentang tingkat kemakmuran suatu negara, dengan cara membaginya dengan jumlah penduduk (disebut PDB per kapita). Menurut PBB, sebuah negara dikatakan miskin bila PDB per kapitanya lebih kecil daripada US$ 450,00. Berdasarkan standar ini, maka sebagian besar negara-negara di dunia adalah negara miskin. Suatu negara dikatakan makmur/kaya bila PDB perkapita lebih besar daripada US$ 800.
Kelemahan dari pendekatan di atas adalah tidak memperhatikan aspek distribusi pendapatan. Akibatnya angka PDB per kapita kurang memberikan gambaran rinci tentang kondisi kemakmuran suatu negara. Misalnya, walaupun Amerika Serikat yang PDB perkapitanya US$ 29.080 (tahun 1997), namun negara itu masih terus bergelut dengan masalah kemiskinan dan pengangguran, terutama di kalangan warga kulit hitam ataupun pendatang (kulit berwarna). Bahkan secara absolut tampaknya jumlah penduduk miskin di Amerika serikat akan bertambah.
Faktor utama pemicu gejala di atas adalah masalah distribusi pendapatan.
Walaupun distribusi pendapatan di USA relatif baik, tetapi belum sempurna untuk membuat seluruh penduduknya menjadi makmur. Bahkan untuk faktor produksi non tenaga kerja, terutama uang dan modal, distribusi penguasaannya sangat buruk. Pada tahun 1996, sekitar 46% aset finansial dikuasai hanya oleh sekitar 1% penduduk.
b. Perhitungan PDB dan Masalah Kesejahteraan Sosial
Umumnya ukuran tingkat kesejahteraan yang dipakai adalah tingkat pendidikan, kesehatan dan gizi, kebebasan memilih pekerjaan dan jaminan masa depan yang lebih baik. Ada hubungan yang positif antara tingkat PDB per kapita dengan tingkat kesejahteraan sosial. Makin tinggi PDB per kapita, tingkat kesejahteraan sosial makin membaik. Hubungan ini dapat dijelaskan dengan menggunakan logika sederhana. Jika PDB per kapita mkin tinggi, maka daya beli masyarakat, kesempatan kerja serta masa depan perekonomian makin membaik. Sehingga gizi, kesehatan, pendidikan, kebebabasan memilih pekerjaan dan jaminan masa depan, kondisinya makin meningkat. Tapi dengan catatan, peningkatan PDB per kapita disertai perbaikan distribusi pendapatan.
Masalah mendasar dalam perhitungan PDB adalah tidak diperhatikannya dimensi nonmaterial. Sebab PDB hanya menghitung output yang dianggap memenuhi kebutuhan fisik/ materi yang dapat diukur dengan nilai uang. Sedangkan output yang tidak terukur dengan uang, misalnya ketenangan batin yang diperoleh dengan menyandarkan hidup pada norma-norma agama/spiritual tidak dihitung. Sebab, dalam kenyataannya kebahagiaan tidak hanya ditentukan oleh tingkat kemakmuran, tetapi juga ketenangan batin.
Jadi kita tidak bisa serta merta mengatakan bahwa kesejahteraan sosial di negara-negara kaya(Amerika Serikat dan Jepang) adalah jauh lebih baik dibanding di negara-negara miskin (misal Bhutan dan Nepal). Karena, tingkat kejahatan dan tingkat bunuh diri di negara-negara kaya tersebut lebih tinggi di banding negara-negara miskin.
c. PDB Per Kapita dan Masalah Produktivitas
Untuk memperoleh perbandingan produktivitas antar negara, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:
Jumlah dan komposisi penduduk : Bila jumlah penduduk makin besar, komposisi-nya sebagian besar adalah penduduk usia kerja (15-64 tahun) dan berpendidikan tinggi (> SLA), maka tingkat output dan produktivitasnya dapat makin baik.
Jumlah dan struktur kesempatan kerja :
Jumlah kesempatan kerja yang makin besar memperbanyak penduduk usia kerja yang dapat terlibat dalam proses produksi. Tetapi komposisi kerja pun mempengaruhi tingkat produktivitas. Sekalipun kesempatan kerja sangat besar, tetapi semuanya adalah kesempatan kerja sektor pertanian, produktivitas pekerja juga tidak tinggi. Sebab sektor pertanian umumnya memiliki nilai tambah yang rendah. Jika kesempatan kerja yang dominan berasal dari sektor kegiatan ekonomi modern (industri dan jasa), maka output per pekerja akan relatif tinggi, karena nilai tambah kedua sektor tersebut amat tinggi.
Faktor-faktor nonekonomi :
Yang tercakup dalam faktor-faktor nonekonomi antara lain etika kerja, tata nilai, faktor kebudayaan dan sejarah perkembangan. Jepang pantas menjadi negara yang produktif sebab selain jumlah penduduk yang banyak, berpendidikan tinggi dan umumnya bekerja di sektor modern, mereka juga memiliki etika kerja yang baik, menjujung tinggi kejujuran dan penghargaan tergadap senior. Dan Jepang juga merupakan negara yang selama kurang lebih 3.000 tahun terus menerus membangun dirinya menjadi bangsa modern, walaupun pembangunan ekonomi modernnya baru dimulai dua abad yang lalu.
d. Penghitungan PDB dan Kegiatan-kegiatan Ekonomi Tak Tercatat (Underground Economi)
Angka statistik PDB Indonesia yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik hanya mencatat kegiatan-kegiatan ekonomi formal. Karena itu, statistik PDB belum mencerminkan seluruh aktivitas perekonomian suatu negara. Misalnya, upah pembantu rumah tangga di Indonesia tidak tercatat. Begitu juga dengan kegiatan petani buah yang langsung menjual produknya ke pasar.
Di negara-negara berkembang, keterbatasan kemampuan pencatatan lebih disebabkan oleh kelemahan administratif dan struktur kegiatan ekonomi masih didominasi oleh kegiatan pertanian dan informal. Tetapi di negara-negara maju, kebanyakan kegiatan ekonomi yang tak tercatat disebabkan oleh karena kegiatan tersebut merupakan kegiatan ilegal atau melawan hukum. Padahal, nilai transaksinya sangat besar. Misalnya, kegiatan penjualan obat bius dan obat-obat terlarang lainnya.