Subscribe to RSS Feed

Sabtu, 19 Januari 2013

Kesalahan-Kesalahan Dalam Penulisan Suatu Kata Maupun Kalimat


Ternyata bukan hanya SMS saja yang sering salah dalam menulis kata maupun kalimat, tetapi kesalahan-kesalahan dalam penulisan suatu kata maupun kalimat bisa terjadi di media elektronik, seperti televisi. Ditemukan beberapa kesalahan tersebut terjadi pada salah satu stasiun TV swasta di negeri ini yang pernah melakukan kesalahan dalam penulisan kata maupun kalimat tersebut. Walaupun kadang-kadang kesalahan penulisan itu hanya kurang atau lebih satu huruf, maka akan berakibat kata atau kalimat tersebut berubah makna bagi yang melihat dan membacanya.
 
 
Berikut adalah ringkasan pedoman umum penulisan kata.
  1. Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh: Ibu percaya bahwa engkau tahu.
  2. Kata turunan (lihat pula penjabaran di bagian Kata turunan)
    1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar. Contoh: bergeletar, dikelola .
    2. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh: bertepuk tangan, garis bawahi
    3. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan ditulis serangkai. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh: menggarisbawahi, dilipatgandakan.
    4. Jika salah satu unsur gabungan hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata ditulis serangkai. Contoh: adipati, mancanegara.
    5. Jika kata dasar huruf awalnya adalah huruf kapital, diselipkan tanda hubung. Contoh: non-Indonesia.
  3. Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung, baik yang berarti tunggal (lumba-lumba, kupu-kupu), jamak (anak-anak, buku-buku), maupun yang berbentuk berubah beraturan (sayur-mayur, ramah-tamah).
  4. Gabungan kata atau kata majemuk
    1. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah. Contoh: duta besar, orang tua, ibu kota, sepak bola.
    2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian. Contoh: alat pandang-dengar, anak-istri saya.
    3. Beberapa gabungan kata yang sudah lazim dapat ditulis serangkai. Lihat bagian Gabungan kata yang ditulis serangkai.
  5. Kata ganti (kau-, ku-, -ku, -mu, -nya) ditulis serangkai. Contoh: kumiliki, kauambil, bukumu, miliknya.
  6. Kata depan atau preposisi (di, ke, dari) ditulis terpisah, kecuali yang sudah lazim seperti kepada, daripada, keluar, kemari, dll. Contoh: di dalam, ke tengah, dari Surabaya.
  7. Artikel si dan sang ditulis terpisah. Contoh: Sang harimau marah kepada si kancil.
  8. Partikel
    1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai. Contoh: bacalah, siapakah, apatah.
    2. Partikel -pun ditulis terpisah, kecuali yang lazim dianggap padu seperti adapun, bagaimanapun, dll. Contoh: apa pun, satu kali pun.
    3. Partikel per- yang berarti "mulai", "demi", dan "tiap" ditulis terpisah. Contoh: per 1 April, per helai.
 
 

Jenis imbuhan

Jenis imbuhan dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi:
  1. Imbuhan sederhana; hanya terdiri dari salah satu awalan atau akhiran.
    1. Awalan: me-, ber-, di-, ter-, ke-, pe-, per-, dan se-
    2. Akhiran: -kan, -an, -i, -lah, dan -nya
  2. Imbuhan gabungan; gabungan dari lebih dari satu awalan atau akhiran.
    1. ber-an
    2. di-kan dan di-i
    3. diper-kan dan diper-i
    4. ke-an dan ke-i
    5. me-kan dan me-i
    6. memper-kan dan memper-i
    7. pe-an
    8. per-an
    9. se-an
    10. ter-kan dan ter-i
  3. Imbuhan spesifik; digunakan untuk kata-kata tertentu (serapan asing).
    1. Akhiran: -man, -wan, -wati, dan -ita.
    2. Sisipan: -in-,-em-, -el-, dan -er-.

Awalan me-

Pembentukan dengan awalan me- memiliki aturan sebagai berikut:
  1. tetap, jika huruf pertama kata dasar adalah l, m, n, q, r, atau w. Contoh: me- + luluh → meluluh, me- + makan → memakan.
  2. me-mem-, jika huruf pertama kata dasar adalah b, f, p*, atau v. Contoh: me- + baca → membaca, me- + pukul → memukul*, me- + vonis → memvonis, me- + fasilitas + i → memfasilitasi.
  3. me-men-, jika huruf pertama kata dasar adalah c, d, j, atau t*. Contoh: me- + datang → mendatang, me- + tiup → meniup*.
  4. me-meng-, jika huruf pertama kata dasar adalah huruf vokal, k*, g, h. Contoh: me- + kikis → mengikis*, me- + gotong → menggotong, me- + hias → menghias.
  5. me-menge-, jika kata dasar hanya satu suku kata. Contoh: me- + bom → mengebom, me- + tik → mengetik, me- + klik → mengeklik.
  6. me-meny-, jika huruf pertama adalah s*. Contoh: me- + sapu → menyapu*.
Huruf dengan tanda * memiliki sifat-sifat khusus:
  1. Dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf vokal. Contoh: me- + tipu → menipu, me- + sapu → menyapu, me- + kira → mengira.
  2. Tidak dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf konsonan. Contoh: me- + klarifikasi → mengklarifikasi.
  3. Tidak dilebur jika kata dasar merupakan kata asing yang belum diserap secara sempurna. Contoh: me- + konversi → mengkonversi.

Aturan khusus

Ada beberapa aturan khusus pembentukan kata turunan, yaitu:
1. ber- + kerja → bekerja (huruf r dihilangkan)
2. ber- + ajar → belajar (huruf r digantikan l)
3. pe + perkosa → pemerkosa (huruf p luluh menjadi m)
4. pe + perhati → pemerhati (huruf p luluh menjadi m







Berikut adalah beberapa cotoh kesalahan yang terjadi dalam penulisan suatu kata atau kalimat.

 
 


Dan masih banyak lagi contohnya.

Kesimpulan
Bila mau ditelusuri banyak sekali dijumpai kesalahan-kesalahan dalam penulisan di sekitar kita yang salah tulis atau memuat ejaan kata yang tidak tepat. Diantaranya yang menonjol adalah penulisan angka rawan salah tulis dan ejaan suatu kata yang tidak tepat.

Tentu saja penulisan yang salah tulis tersebut tidak sengaja dibuat salah, melainkan tidak sengaja , akibat kelalaian atau ketidaktelitian. Tapi hasilnya, jadi bahan pembicaraan karena yang namanya penulisan Tagline Judul Berita dipublikasikan di media elektronik yang memungkinkan berbagai lokasi dapat melihatnya.

Dari beberapa contoh di atas, menjadi pertanyaan, bagaimana mungkin suatu Tagline Judul Berita yang dipublikasikan di media elektronik,  tidak dilakukan pengecekan ulang sebelum dipublikasikan? Karena jika ini dilakukan, niscaya kesalahan yang lucu, konyol dan memalukan seperti itu tidak akan terjadi.

Lebih mendasar lagi, apakah kesalahan tulis tersebut itu dapat dipandang sebagai cermin tidak tertibnya kehidupan berbahasa (tulis) kita atau sekedar kesalahan manusiawi ?
 

Sabtu, 12 Januari 2013

BAHAYA MEROKOK

Bahaya Merokok - Rokok sangat berbahaya bagi kesehatan sang perokok maupun orang disekitarnya. Namun masih banyak yang mengabaikan bahaya rokok tersebut dan tidak peduli akan akibat yang disebabkan rokok.

Menurut hasil penelitian oleh King's College London, merokok bisa ''membusukkan'' otak dengan merusak memori, kemampuan belajar dan daya nalar. Subjek penelitian dilakukan terhadap 8.800 orang dengan rentan usia berkisar 50 tahun keatas yang mengalami tekanan darah tinggi dan kelebihan berat badan. Penelitian tersebut juga menyatakan bahwa rokok juga mempengaruhi otak, meskipun dalam tingkat yang lebih rendah.

Bahaya rokok terhadap otak juga dikuatkan pendapat Komunitas Alzheimer yang mengatakan: ''Kami semua tahu, merokok, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan kelebihan berat badan adalah buruk untuk jantung. Penelitian ini menambah bukti bahwa mereka juga berpengaruh buruk untuk otak kita juga.''

idak hanya itu saja, menurut penelitian yang yang dipublikasikan oleh American Journal of Public Health, menunjukan hasil yang cukup mencengangkan.

Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa terdapat 42.000 perokok pasif yang meninggal setiap tahunnya, dari korban tersebut 900 diantaranya dalah bayi. Tidak berhenti sampai disitu, ada kemungkinan 600.000 orang lainya berpotensi meninggal. Kerugian materi pun meningkat sekitar 6,6 miliar USD akibat berkurangnya produktifitas SDM yang merokok.

Survey yang dilakukan oleh lembaga Gallup menunjukan bahwa para perokok aktif dan non-perokok (perokok pasif) sepertinya tidak menyadari bahay rokok tersebut.

Agar mendapatkan hasil yang akurat para peneliti tersebut memeriksa penanda toksin dari rokok dalam tubuh, yang disebut Cotinine. Para peneliti tersebut mengukur kadar cotinine dalam darah orang yang meninggal akibat rokok dan mendapati bahwa penyebab kematian paling tinggi lebih diakibatkan oleh dampak rokok terhadap paru-paru dibandingkan pada jantung.

Zat-zat Berbahaya pada Rokok

Hal yang harus benar benar dipahami yaitu ROKOK mengandungkurang lebih 4000 elemen-elemen, dan setidaknya 200 diantaranya dinyatakan bahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar,nikotin,dan karbon monoksida.

Tar adalah hirokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru. Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah. Zat ini bersifat karsinogen,dan mampu memicu terjadinya kangker paru-paru.

Selain yang disebutkan diatas berikut ini adalah sebagian dari bahaya akibat rokok:

Reproduksi dan Fertilitas

Dalam bungkus rokok tertera bahwa rokok dapat menyebabkan impoten. Hal ini benar adanya, dampak terhadap  reproduksi dan kesuburan sangat fatal. Merokok membuat seseorang beresiko lebih besar mangalami kerusakan sperma, mengurangi jumlah sperma dan menyebabkan kanker testis.

Paru-paru

Para perokok beresiko terserang Paru Obstruktif Kronik (PPOK), yaitu penyakit progresif yang berdampak membuat seseorang sulit bernapas. Banyak perokok tidak menyadari ketika terserang penyakit ini dan ketika mereka sadar semua sudah terlambat. Tidak ada obat untuk penyakit yang satu ini dan tidak ada cara untuk memperbaiki  kerusakan yang diakibatkanya.

Kanker

Perokok aktif maupun pasif berpotensi menimbulkan kanker seperti kanker paru, nasofaring, lidah sampai lambung. Kanker lambung bisa terjadi disebabkan asap rokok itu sebagian tertelan dan merusak sel-sel selaput lendir di lambung dan mengubahnya menjadi sel kanker

Jantung

Perokok juga akan rentan terkena penyakit jantung dan stroke. Hal ini disebabkan oleh karbon monoksida dari rokok mengambil oksigen pada darah dan berdampak pada pengembangan kolesterol yang mengendap di dinding arteri.

Mulut dan Gigi

Zat zat berbahaya pada rokok juga dapat menyebabkan bau mulut dan gigi bernoda. Dalam kondisi yang semakin lama pada area ini akan peningkatan risiko mengembangkan kanker pada lidah, tenggorokan, dan bibir.

Kulit

Rokok dapat mengakibatkan kurangnya suplay jumlah oksigen ke kulit sehingga dapat mempercepat penuaan dan lama kelamaan kulit akan tampak abu-abu.

Tulang

Bahaya rokok pun berpengaruh pada tulang tubuh, tulang akan cepat lemah dan rapuh. Hal ini lebih berbahaya pada kaum hawa, 5-10% wanita peroko lebih memiliki resiko lebih besar mengalami osteoporosis dibandingkan wanita non-perokok. 

PILIHAN KATA (DIKSI)

PILIHAN KATA (DIKSI)
Pilihan kata (diksi) adalah hasil dari memilih kata tertentu untuk dipakai dalamkalimat, alenia, atau wacana. Hal yang perlu kita amati dalam pilihan kata yaitu :
1.     Kemampuan memilih kata dimungkinkan bila seseorang memilki kosakatayang luas.
2.     Kemampuan membedakan secara tepat kata-kata yang memiliki nuansaserumpun.
3.     Kemampuan untuk memilih kata-kata yang tepat untuk situasi atau kontekstertentu.
Syarat Ketepatan Pemilihan Kata
Terdapat 6 syarat, yaitu :
1.     Dapat membedakan antara denotasi dan konotasi.
Contoh :
•Bunga mawar
•Bunga bank
2.     Dapat membedakan kata-kata yang hampir bersinonim.
Contoh :
•Pengubah
•Peubah
3.     Dapat membedakan kata-kata yang hampir mirip ejaanya.
Contoh :
•Intensif – insetif
•Preposisi – proposisi
4.     Dapat memahami dengan tepat makna kata - kata abstrak.
Contoh : Kebijakan, kebajikan, kebijaksanaan. 
5.     Dapat memakai kata penghubung yang berpasang secara tepat.
Contoh :
•Antara….dan….
•Tidak….tetapi…
6.     Dapat membedakan kata-kata umum dan kata khusus.
Contoh :
•Kata umum : melihat
•Kata khusus : melirik, melotot, mengamati, mengawasi.
Gaya Bahasa, Idiom, dan Ungkapan Idiomatik.
Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara penutur mengungkapkan maksudnya. Faktor yangmempengaruhi dalam berkomunikasi :
a.     Cara dan media komunikasi
b.     Bidang ilmu
c.      Situasi
d.     Ruang atau konteks
e.      Khalayak
f.       Tujuan
Idiom
Idiom adalah sebuah ungkapan yang artinya tidak secara langsung dapatdijabarkan.
Contoh : gulung tikar, muka tembok, adu domba
Ungkapan Idiomatik
Ungkapan idiomatik adalah kelompok kata yang muncul bersama sebagai frasa.
Contoh : bertemu dengan, dibacakan oleh, misalnya.
Kesalahan Pemakaian Gabungan Kata dan Kata
Kesalahan Pemakaian Gabungan kata yang mana, dimana, daripada.Contoh :
1.     Marilah kita dengarkan sambutan yang mana akan disampaikan oleh Pak Lurah.
2.     demikian tadi sambutan Pak Lurah dimana Beliau telah menghimbau kitauntuk lebih tekun bekerja.
Kesalahan Pemakaian Kata dengan, di, dan ke Contoh :
1.     Sampaikan salam saya dengan Dona.
2.     .Mari kita tanyakan langsung dengan dokter ahlinya.
Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang terkandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual. Kata makan misalnya, bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna kata makan seperti ini adalah makna denotatif.
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untung atau pukul.
Struktur Leksikal
Struktur leksikal adalah bermacam-macam relasi semantic yang terdapat pada kata.
Struktur leksikal , antara lain ; sinonim, polisemi, homonym, hiponim, dan antonym.
a.      Sinonim ; memilki makna yang sama.
 Contoh Sinonim :
- binatang = fauna
- bohong = dusta
- haus = dahaga
- pakaian = baju
- bertemu = berjumpa
- buruk = jelek
- bunga = kembang
- mati = wafat
- hulubalang = komandan
- aku = saya
- melihat = melirik
b.      Polisemi ; suatu kata yang mempunyai makna lebih dari satu.
 Contoh Polisemi :
 Misalnya : “ Kepala”
-          Guru yang dulunya pernah menderita cacat mental itu sekarang menjadi kepala
sekolah smp kroto emas (kepala berarti pimpinan).
-         Kepala anak kecil itu besar sekali karena terkena penyakit hidrosepalus (kepala
berarti bagian tubuh manusia yang ada di atas).
-         Tiap kepala harus membayar upeti sekodi tiwul kepada ki joko cempreng (kepala
berarti individu).
c.   Homonin ; kata yang bentuk penulisan dan pengucapannya sama tetapi artinya  berbeda.
Contoh Homonimi :
Misalnya, antara kata bisa yang berarti ‘ racun ular’ dan kata bisa yang berarti ‘ sanggup’.
d.  Hiponim ; relasi antar kata yang yang berwujud ats-bawah , atau dalam suatu makna  terkandung sejumlah makna yang lain.
e.     Antonim ; makna yang wujud logisnya sangat berbedda dan betentangan.      
Contoh Antonimi :
- Kata hidup dan mati
- Kata besar dan kecil
- Kata suami dan istri
- Kata keras dan lembek
- Kata naik dan turun
- Kata kaya dan miskin
- Kata surga dan neraka
- Kata laki-laki dan perempuan
- Kata atas dan bawah

Wacana Yang Membedakan Pemanfaatan Bahasa Indonesia Pada Tataran Ilmiah, Semi Ilmiah, dan Non Ilmiah

Wacana Yang Membedakan Pemanfaatan Bahasa Indonesia Pada Tataran Ilmiah, Semi Ilmiah, dan Non Ilmiah
Wacana Ilmiah
Wacana Ilmiah adalah tulisan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan, yang dikomunikasikan lewat bahasa tulis    yang formal dengan sistematis-metodis dan sintesis-analitis.
Dalam tataran ilmiah, bahasa Indonesia sangat wajib diperlukan terutama dalam penulisan karya ilmiah, sehingga bahasa yang baik dan benar sangat diperlukan agar pemahaman bahasa dalam satu paragraph ke paragraph lainnya dapat dimengerti.
Bahasa indonesia yang baik seharusnya sudah di tanamkan sejak dini, agar anak-anak dapat berbahasa dengan baik dan sopan. Sekarang ini kebanyakan bahasa telah mulai dipersalahgunakan oleh banyak orang, yang menggunakan bahasa tersebut tidak pada tempatnya sehingga menimbulkan kerancuan dalam berkomunikasi. Oleh karena itu, sebaiknya sejak dini kita harus membiasakan diri menggunakan bahasa yang baik dan benar sehingga pemanfaatan bahasa dapat di rasakan dengan baik oleh semua pihak.
Contoh penggunaan bahasa dalam tataran ilmiah
Makalah Ringkas
PERILAKU EMPAT KATA PENUNJUK ARAH DALAM BAHASA BALI
I Dewa Putu Wijana | Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada
1. Pendahuluan
Dari berbagai bahasa, bahasa Bali mungkin merupakan salah satu bahasa yang memiliki kata penunjuk arah (mata angin) yang memiliki perilaku yang unik bila dilihat secara linguistis, khususnya dari aspek morfologis dan sintaktis. Hanya kata-kata penunjuk arah inilah yang bisa dikenai proses morfologis dan sintaktis tertentu, dan proses itu tidak pernah atau jarang sekali dapat dikenakan pada kata-kata yang lain. Tulisan singkat ini akan mendeskripsikan keunikan-keunikan itu, dan berusaha mencari penjelasan mengapa keunikan itu bisa terjadi. Dalam bahasa Bali, empat kata penunjuk arah yang utama diungkapkan dengan satuan lingual kangin timur , kauh barat , kaja selatan , dan kelod utara . Secara etimologis kata kelod berasal dari ke laut lewat proses persandian (au>O) dan korespondensi /t/ dan /d/ dan pengubahan fungsi preposisi ke menjadi suku awal . Hilangnya sifat kontras antara /t/ dan /d/dalam hal ini disebut dengan netralisasi (Martinet, 1987, 85; Verhaar, 1996, 85). Oleh karenanya, tidak mengherankan bila orang orang Bali menyebut tempat yang mengarah atau menuju ke laut dengan kelod walaupun secara geografis tempat-tempat itu berada di barat, selatan, atau timur. Orang Bali sering mengatakan Engken pasihe ento kelode Mana lautnya di sanalah kelod . Kata lod dalam hal ini agaknya secara diakronis berkorespondensi dengan kata lor dalam bahasa Jawa yang bermakna utara hanya saja kemudian terjadi perubahan dalam bahasa Bali menjadi tempat yang menuju ke laut . Dengan kontrusksi itu kata-kata penunjuk arah merupakan kata-kata yang sangat tinggi frekuensi pemakaiannya karena begitu dekat hubungannya dengan kehidupan orang Bali. Misalnya dalam dikotomi budaya Bali kaja adalah gunung sebagai pusat kemakmuran dan kesuburan. Kelod adalah tempat yang menuju laut. Kangin adalah tempat matahari terbit, dan kauh adalah tempat matahari tenggelam. Dekatnya hubungan arah dan kehidupan manusia inilah yang menyebabkan kata-kata ini memiliki perlakuan linguistik tertentu di dalam pemakiannya. Hal ini agaknya belum pernah mendapatkan perhatian dari ahli-ahli bahasa yang bergelut dengan bahasa Bali. Dalam tulisan ini ditemukan dua buah proses linguistik yang khas dialami oleh kata-kata penunjuk arah ini, yakni kontraksi preposisi di dan pembubuhan afiks be- yang secara berturut-turut diuraikan dalam 2 dan 3.
2. Kontraksi preposisi di
Perubahan bunyi yang terjadi di dalam bahasa tidak hanya terjadi dalam tataran Leksikon, tetapi mungkin pula ditemukan dalam tataran yang lebih tinggi, seperti frasa dan kalimat (Pastika, 2004a, 1; 2004b, 52). Kontraksi di yang melekat pada kata-kata penunjuk arah yang akan dibicarakan berikut ini pada hakikatnya merupakan perubahan bunyi pada tataran frase. Kontraksi adalah proses peringkasan leksem dasar atau gabungan leksem, seperti tidak menjadi tak, tidak ada menjadi tiada, dsb. (Kridalaksana 1993, 121). Definisi ini tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh Crystal (1978, 89) yang mengemukakan bahwa kontraksi adalah:
The process or result of phonologically reducing a linguistic form so that it comes to be attached to an adjacent linguistic form or fusing a sequence of forms so that they appear as a single form.
Dengan terjadinya kontraksi secara diakronis maka semua kata-kata penunjuk arah angin dalam bahasa Bali berawal dengan bunyi /k/, yakni kangin, kauh, kaja, dan kelod. Kata kaja, kelod, kangin, dan kauh adalah nomina yang bila digunakan untuk menunjuk tempat tertentu harus mengambil bentuk yang lain, yakni dangin, dauh, daja, dan delod. Bila tidak maka kata kangin hanya dapat digunakan sebagai nomina biasa, seperti dalam ungkapan Tusing nawang kaja kelod tidak tahu selatan dan utara atau Tusing nawang kangin kauh Tidak tahu timur dan barat . Adapun kalau arah itu menunjuk tempat akan digunakan seperti berikut ini:
1.    Dajan rurung-e ada anak ng-adep kembungan
Di selatan jalan-nya kl ada orang jual trans balon
Di selatan jalan ada orang yang menjual balon2
2.    I Belog ulung di delod pangkung-e
Art. Belog ND jatuh di utara jurang kl
I Belog jatuh di sebelah utara jurang
3.    Dauh tukade tusing ada yeh.
Utara sungai tidak ada air
Di utara sungai tidak ada air
4.    Dangin tiange umah-ne.
Timur saya kl rumah pos.
Di sebelah timur rumah saya rumahnya
3. Prefiksasi be-
Dalam buku-buku tata bahasa bahasa Bali agaknya jarang sekali atau mungkin tidak ada yang membicarakan afisk be-. Dengan kata lain afiks-afiks ini dianggap tidak ada dalam bahasa Bali. Akan tetapi, secara sinkronis jelas sekali bahwa di dalam bahasa Bali ada kata-kata bedauh jauh di barat , bedelod jauh di utara , bedaja jauh di selatan , bedangin jauh di timur . Dengan demikian, dicurigai ada proses morfologis seperti di bawah ini:
be- + dauh > bedauh
be- + delod > bedelod
be- + daja > bedaja
be- + dangin > bedangin
Adapun pemakaiannya dapat dilihat dalam (14), (15), (16), dan (17) di bawah ini:
5.    + Dija ada balih-balihan?
Di mana KT ada tontonan
Di mana ada tontonan?
- Ditu bedaja.
Di sana di selatan
Di sana di selatan
6.    Bedangin tusing ada apa-apa.
di timur tidak Neg ada apa-apa
Di timur tidak ada apa-apa
7.    Ada apa bedauh?
ada apa KT di barat
Ada apa di barat?
8.    Umah-ne bedelod, tusing dini.
Rumah-nya pos di utara, bukan Neg. di sini
Rumahnya di utara, bukan di sini
Afiks be- yang melekat pada keempat kata penunjuk arah itu bermakna gramatikal tempat yang jauh dari pembicara.Bila orang Bali ingin menunjuk
tempat yang dipandang tidak terlalu jauh, maka ia akan menggunakan klitika ne.
Kata-kata penunjuk arah yang berklitika ne ini dapat didahului dengan kata dini
di sini .
9.    + Lakar kija, Beli?
mau ke mana KT, Kakak
Mau pergi ke mana, kakak?
- Dini, dauh-ne jep.
di sini di barat Kl sebentar
Di sini di barat sebentar
4. Catatan Penutup
Proses linguistik apapun jenisnya yang terdapat di dalam bahasa bahasa ternyata tidak terjadi pada sembarang bentuk kebahasaan, dan dapat dikenakan secara analogis pada bentuk-bentuk serupa yang lain. Untuk ini diperlukan syarat yang lain, yakni bentuk itu lazimnya memiliki ciri tertentu dan mempunyai frekuensi pemakaian yang sangat tinggi, bahkan mungkin secara kultural begitu dekat atau penting hubungannya dengan kehidupan masyarakatnya.
Untuk mencapai penjelasan yang memuaskan analisis sinkronis pada saat-saat tertentu membutuhkan penjelasan yang bersifat diakronis. Hal ini agaknya berkaitan dengan prinsip uniformasi yang dikemukakan oleh Bell (1976, 187-191; periksa juga Wardaugh, 1988, 18) yang mengemukakan bahwa:
The linguistic process which we observe to be taking place around us are the same as those which have operated in the past, so that there can be no clean break between synchronic matters and diachronic ones.
Dalam hubungannya dengan kontraksi di dalam bahasa Bali semakin jelas bahwa batas-batas tataran linguistik, leksikon, fonologi, morfologi, dan sintaksis semakin tidak jelas (kabur). Di dalam bahasa terdapat morfem-morfem yang bergabung dengan satu satuan tertentu saja yang disebut dengan morfem unik (Ramlan, 1987, 82), ada morfem yang dapat bergabung dengan berbagai jenis morfem, dan dalam kaitannya dengan afiks be- dalam bahasa Bali, morfem ini hanya bergabung dengan morfem dasar penunjuk arah yang bila konsep keunikan ini diperluas, yakni dapat pula diterapkan untuk morfem terikat, maka be- dalam bahasa bali disebut sebagai morfem semiunik.
Wacana Semi Ilmiah
Wacana semi-ilmiah adalah tulisan yang berisi informasi faktual, yang diungkapkan dengan bahasa semiformal, tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering “dibumbui” dengan opini pengarang yang kadang-kadang subjektif.
Contoh bahasa dalam tataran semi ilmiah
KabarIndonesia – Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, melaui dinas pekerjaan umumnya (DPU) terus mempermulus jalan-jalan trans propinsi yang ada dikabupaten Tanah Bumbu itu. Pekerjaan yang dilaksanakan oleh PT. Adhi Karya tersebut, sangat terasa manfaatnya oleh masyarakat.
“Khususnya para pengguna jalan trans provinsi, baik yang dari Banjarmasin menuju Batulicin dan Kotabaru,” kata Fadli MHM, yang kesaharian sebagai pengemudi angkutan penumpang Banjarmasin – Batulicin PP.
“Dulu, sebelum jalan ini diperbaiki, dari Batulicin menuju Banjarmasin bisa memakan waktu hingga 7 jam perjalanan. Tetapi sekarang bisa ditempuh cukup dengan 5 jam saja,” ujar Fadli.
Wacana Non Ilmiah
Non Ilmiah (Fiksi) adalah satu ciri yang pasti ada dalam tulisan fiksi adalah isinya yang berupa kisah rekaan. Kisah rekaan itu dalam praktik penulisannya juga tidak boleh dibuat sembarangan, unsur-unsur seperti penokohan, plot, konflik, klimaks, setting dsb.
Contoh penggunaan bahasa dalam tataran non-ilmiah
AKU
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi